Investasi Hulu Migas Kuartal III 2018 mengalami kenaikan sebesar 18% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Trens positif ini dipicu oleh optimalisasi produksi yang dilakukan oleh beberapa kontraktor yang mengakibatkan investasi menjadi naik.
Secara khusus kenaikan tersebut memang bisa memicu kenaikan investasi Hulu Migas secara besar. Peningkatan investasi itu karena ada peningkatan realisasi kegiatan pengembangan, dan optimalisasi produksi. Peningkatan investasi terjadi pada Pertamina EP, Pertamina Hulu Mahakam, Chevron Pasific Indonesia, ExxonMobil Cepu Limited, dan BP.
Melihat peningkatan investasi Hulu Migas Kuartal III 2018 SKK Migas memang tidak mau muluk-muluk walaupun menyebut bahwa sampai akhir tahun masih akan mengalami kenaikan. Namun target masih belum bisa tercapai karena investasi Hulu Migas 2018 ditargetkan menyentuh angka US$ 14,2 miliar dan prediksi kenaikan seperti ini sampai akhir tahun hanya US$ 11,2 miliar.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher mengatakan selama sembilan bulan terakhir mencapai US$ 7,9 miliar atau Rp 119 triliun. Tahun lalu, US$ 6,7 miliar.
Beberapa faktor memang menjadi alasan kenapa target yang dibebankan oleh pemerintah diprediksi tidak akan tercapai dan hanya mendekati saja. Namun SKK Migas akan terus memonitor hingga akhir tahun, dan mencoba memaksimalkan beberap aspek yang sekiranya bisa dioptimalkan.
Sementara itu, pengembalian biaya operasi migas (cost recovery) hingga kuartal III 2018 mencapai US$ 8,7 miliar, target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar US$ 10,1 miliar.
Capaian tersebut masih belum diaudit. Hingga akhir tahun, cost recovery diperkirakan bengkak menjadi US$ 11,7 miliar.
SKK Migas juga mencatat capaian kinerja hulu migas lainnya, yakni penerimaan negara dari sektor hulu migas sudah mencapai US$ 11,8 miliar atau di atas target US$ 11,9 miliar. Sampai akhir tahun, diprediksi bisa mencapai US$ 16,1 miliar.