PT KAI (Kereta Api Indonesia) telah mengumumkan biaya modal atau capex yang dibutuhkan untuk mengimpor tiga trainset Kereta Rel Listrik (KRL) baru dari Jepang. Pada presentasinya, Penyelenggaraan Tahap Persiapan Masa Transisi (Pymt.) Direktur Utama KAI, John Roberto menyatakan bahwa harga satu trainset KRL sebesar Rp225,6 miliar. Oleh karena itu, total biaya yang dibutuhkan untuk tiga trainset mencapai Rp676,8 miliar.
“Kereta baru dari Jepang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tahun 2024, dan kita membutuhkan tiga trainset,” kata John dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, Selasa (19/9).
Sementara itu, untuk pembelian 24 trainset dari PT INKA, PT KAI membutuhkan biaya sebesar Rp5,74 triliun. Angka ini dihitung berdasarkan harga satu trainset yang mencapai Rp239 miliar. Selain pembelian trainset baru, terdapat juga biaya retrofit untuk 19 trainset yang dibutuhkan senilai Rp2,23 triliun.
Semua biaya ini termasuk dalam total kebutuhan capex sarana untuk periode 2023-2027, yang mencapai Rp8,65 triliun. John menjelaskan bahwa pembiayaan PT KAI akan dilakukan dengan menggunakan pinjaman sebesar Rp3,46 triliun dan ekuitas sebesar Rp5,19 triliun. Namun, Anggota Komisi VI, Mufti Anam mengkritik keputusan PT KAI untuk mengimpor KRL dari luar negeri, sementara PT INKA, yang merupakan perusahaan Indonesia, dapat memproduksi KRL secara lokal. Ia menyoroti kurangnya dukungan dari PT KAI kepada produsen dalam negeri seperti PT INKA. “Cuma enggak ada dukungan dari KAI, sehingga bagaimana INKA mau menyiapkan diri kalau ternyata buyernya tidak ada,” ujar Mufti.