Perkembangan Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia: Tantangan Target 23% pada 2025

Kapasitas (EBT) Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2024. Meskipun demikian, pertumbuhan ini masih belum mencapai target nasional bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. Menurut Direktur Eksekutif Institute for Energy Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa memaparkan beberapa proyek EBT yang direncanakan sejak tahun lalu, termasuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), akan berkontribusi pada peningkatan kapasitas, meskipun belum menunjukkan tren menuju target yang diharapkan.

Data Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) pada paruh pertama tahun 2023 mencatat capaian bauran energi terbarukan sebesar 12,5%, jauh dari target 17,9%. Fabby Tumiwa menyoroti bahwa untuk mencapai target 23% pada 2025, diperlukan penambahan sekitar 5.000 megawatt (MW) setiap tahun, namun hingga saat ini belum terlihat arah menuju capaian tersebut. Kendati demikian, Fabby optimis terhadap pertumbuhan kapasitas PLTS, khususnya PLTS atap, yang diproyeksikan mencapai 3 GW jika tidak ada hambatan.

Investasi pada pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia diperkirakan akan meningkat pada tahun 2024. Faktor ini didorong oleh dukungan kebijakan dan target pemerintah yang pro-EBT, termasuk upaya mendorong pemanfaatan biofuel, biodiesel, dan bioavtur, serta biogasoline dari etanol. Peningkatan minat masyarakat dan konsumen terhadap energi terbarukan juga menjadi pendorong utama bagi PT PLN untuk terus mengembangkan dan menyediakan listrik dari sumber-sumber terbarukan.

IESR memperkirakan bahwa investasi pada Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, terutama karena banyak proyek besar yang dijadwalkan untuk dieksekusi pada tahun ini. Meskipun investasi pada sektor EBT dan konservasi energi tahun lalu mencapai angka terendah dalam enam tahun terakhir, namun prospek investasi pada 2024 dinilai positif.

Pada tahun 2023, PT PLN berhasil menyelesaikan 28 pembangkit EBT baru dan melakukan program de-dieselisasi. Salah satu proyek terbesar adalah PLTS terapung Cirata dengan kapasitas 192 MWp. Direktur Utama PLN, Darman Prasodjo, menyatakan komitmen penuh PLN untuk mendukung transisi energi guna mengatasi perubahan iklim. PLN berencana menjalankan skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED), yang akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 75% dan pembangkit berbasis gas sebesar 25% hingga tahun 2040.

Meskipun tantangan masih ada dalam mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23%, namun Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan kapasitas Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia pada tahun 2024. Dukungan pemerintah, investasi yang meningkat, dan komitmen perusahaan seperti PLN menjadi pendorong utama bagi perkembangan sektor ini. Dengan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat menghadapi perubahan iklim dan mencapai target net zero emissions pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.

Demikian informasi seputar perkembangan Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Postmineral.Com.