Presiden Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Korea Selatan Lee Nak-yeon di Istana Merdeka 20/8. Dalam pertemuan tesebut dibahas percepatan realisasi kerja sama ASEAN Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
RCEP merupakan salah satu program kerjasama ekonomi dan perdagangan antara negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dan enam Negara mitra ekonomi strategis yaitu Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru.
Selain membahas tentang percepatan RCEP, pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Korea Selatan Lee Nak-Yeon juga membahas tentang kerjasama penanaman modal antara Indonesia dan Korea Selatan.
Dalam kesempatan tersebut Lee menyebutkan bahwa Korea Selatan berkomitmen akan terus menambah dan memperluas investasi di Indonesia di berbagai sektor investasi strategis.
Saat ini Korea Selatan menjadi salah satu negara dengan nilai investasi yang besar di Indonesia. Berdasar Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada kurun Januari–Juni 2018, investasi Korsel ada di urutan keempat setelah Singapura, Jepang, dan Tiongkok. Angkanya mencapai USD 1,2 miliar.
Presiden Jokowi pun menyambut komitmen itu dan menyampaikan sejumlah kebijakan untuk mempermudah proses masuknya investasi. ”Yang diutamakan adalah keuntungan kedua pihak,” ujar Joko Widodo.
Investasi di Indonesia memang benar-benar sedang dilakukan percepatan. Investasi akan mempermudah beberapa Proyek Strategi Nasional (PSN) yang sudah dicanangkan oleh pemerintah berjalan lancar. Anggaran yang selama ini menjadi permasalahan memang akan bisa diatasi jika ada investasi asing masuk dan mau menanamkan investasinya di Indonesia.
Pro Investasi itulah yang dicanangkan oleh pemerintahan Joko Widodo di seluruh daerah di Indonesia untuk semakin mempercepat perkembangan daerah dengan potensi yang ada.