Berbagai sub sektor pariwisata memang menjadi salah satu potensi yang harus dikembangkan sebagai salah satu penggerak ekonomi. Inilah yang coba dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata Indonesia dengan mengembangkan Medical Tourism di Bali.
Marketing Director Menarini Asia Pasifik, dr. Steven J. Kusmanto A kepada wartawan di Renaissance Bali Uluwatu Resort & Spa, Sabtu (7/7/2018) mengakui potensi ‘medical tourism’ atau pariwisata medis Indonesia sangat tinggi. Tidak hanya pariwisata medis, pariwisata kecantikan juga cukup menjanjikan untuk mengatrol kunjungan calon pelancong ke Tanah Air.
“Untuk wisata kecantikan di Indonesia menurut saya peluangnya besar karena penduduk Indonesia saja jumlahnya sudah 280 juta, kalau kita bandingkan dengan penduduk Malaysia yang jumlahnya 30 juta, kita mungkin boleh dibilang sudah 9 kali lipatnya ya. Dan prosedur kecantikan di Indonesia boleh dibilang secara relatif lebih murah,” ungkapnya disela-sela The 6th Asia Pacific Aesthetic Leader’s Summit (APALS) The Essence in Dermatology Aesthetic sekaligus peluncuran “Happy Lift”.
“Tentunya Indonesia memiliki potensi karena turis datang ke Indonesia begitu kan. Bali saja setiap tahun 16 juta tamu yang datang. Jadi bisa dibayangkan potensinya sangat besar sekali. Sambil berlibur bisa sekalian mempercantik diri,” imbuh Steven Kusmanto.
Namun untuk bisa masuk dan mengoptimalkan pasar pariwisata medis dan kecantikan, persiapan memang harus dilakukan dengan matang dan harus memeprhatikan beberapa hal dan salah satu yang penting menurut Steven Kusmanto adalah standar kesehatan.
“Yang perlu harus kita tekankan adalah ketika kita mempromosikan pariwisata medis, maka standar kesehatannya. Standar sterilitas, standar kliniknya, standar kebersihannya, standar prosedurnya harus jelas dulu. Harus didukung infrastruktur medis dengan standar yang profesional,” paparnya.
Menurut pantauan yang sudah dilakukan sampai akhir ini klinik medis dan kecantikan sudah memiliki standar yang baik. Bahkan itu menjadi alasan bagi pihaknya menjadikan Indonesia sebagai basis program trainee the trainer kawasan Asia Pasifik, yang dilaksanakan Rabu (4/7/2018).
“Khususnya di Bali sudah memili standar yang boleh dibilang baik, berstandar internasional dan sangar profesional, dan juga makanya kenapa Bali dipilih menjadi tuan rumah pelaksanana acara APALS, Asia Pacific Aesthetic Leader’s Summit hari ini,” ucapnya. (HRO/AA)
Jadi memang potensi pariwisata di Indonesia khususnya Bali memang harus bisa digarapa dengan maksimal. Semua ini dilakukan untuk kesejahteraan warga Bali pastinya. Selain itu jika kunjungan wisatawan ke Bali semakin banyak pasti Negara juga akan mendapatkan imbas cadangan devisa yang semakin banyak dari Pariwisata.