Krisis Perdagangan Batu Bara: Blokade 30 Jam di Pelabuhan Newcastle Australia

Australia yang merupakan salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia, menghadapi gangguan serius dalam aktivitas perdagangan batu bara akibat protes aktivis perubahan iklim. Pada hari Sabtu, 25 November 2023, kelompok aktivis iklim Rising Tide mengorganisir protes lepas pantai di pantai timur Australia, menghentikan sejumlah besar aktivitas di Pelabuhan Newcastle, terminal ekspor batu bara terbesar di negara itu.

Dilaporkan bahwa sekitar 1.500 orang berpartisipasi dalam protes tersebut, dengan 300 di antaranya memblokir jalur pelayaran dekat Pelabuhan Newcastle. Blokade ini dijadwalkan berlangsung selama 30 jam, menciptakan hambatan besar bagi pergerakan kapal dan perdagangan batu bara di wilayah tersebut.

Juru Bicara Pelabuhan Newcastle menyatakan, “Saat ini, karena banyaknya orang yang berada di jalur pelayaran, semua pergerakan pelayaran telah dihentikan karena masalah keselamatan, terlepas dari kargo yang mereka bawa atau ingin muat.”

Berdasarkan informasi dari Juru Bicara Rising Tide, Zack Schofield  menjelaskan tidak ada pengiriman batu bara yang masuk atau keluar pelabuhan sejak jam 10 pagi pada hari Sabtu. Armada kayak yang digunakan oleh aktivis iklim membentuk blokade yang berhasil menghentikan arus perdagangan batu bara di Pelabuhan Newcastle.

Rising Tide menargetkan untuk memblokir pengiriman sebanyak 500.000 ton batu bara selama periode blokade. Meskipun demikian, pihak kepolisian negara bagian melaporkan bahwa tidak ada penangkapan yang dilakukan terkait dengan protes tersebut.

Isu perubahan iklim telah menjadi sumber perpecahan di Australia, yang tidak hanya merupakan negara pengekspor batu bara terbesar kedua di dunia setelah Indonesia tetapi juga pengekspor batu bara kokas terbesar di dunia, yang digunakan dalam produksi baja.

Pemerintahan Partai Buruh di Australia, yang berhaluan kiri-tengah, tidak mengeluarkan larangan terhadap semua proyek bahan bakar fosil terbaru. Namun, mereka menekankan perlunya reformasi untuk mengurangi emisi sebesar 43 persen pada tahun 2030, menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara ekspor batu bara yang menguntungkan dan tanggung jawab terhadap isu global perubahan iklim.

Demikian informasi seputar perdagangan batu bara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Postmineral.com.