Harga minyak dunia terpantau kembali melemah, hal ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap kebijakan pemerintahan Donald Trump yang memberlakukan biaya tambahan terhadap produk dari China sebesar US$200.
Kebijakan tambahan yang diberlakukan oleh Presidne Donald Trump kepada produk China lebih membahayakan daripada permasalahan pasokan sanksi dari Iran.
Hal ini terbukti dari data harga minyak yang ada saat ini, Sebelumnya ada spekulasi harga minyak acuan internasional ini bisa mencapai di atas US$ 80 per barel akibat adanya sanksi AS terhadap Iran. Tapi, minyak sulit bertahan di harga tersebut. Harga tertinggi minyak acuan ini berada di US$ 79,74 per barel pada pekan lalu.
Harga minyak minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2018 di New York Mercantile Exchange turun 0,25% ke US$ 68,82 per barel dari harga akhir pekan lalu. Sedangkan harga minyak brent untuk pengiriman November 2018 di ICE Futures turun 0,15% ke US$ 77,97 per barel dari posisi akhir pekan lalu US$ 78,09 per barel.
Melihat kondisi ini banyak investor yang agak was-was akibat kebijakan dari Amerika Serikat ini, Perang dagang kedua Negara Amerika dan China memang sedang mulai babak baru setelah sebelumnya juga terjadi perang dagang dan sempat membuat beberapa Negara mengalami pelemahan ekonomi.
Salah satu imbasnya adalah Turki yang mengalami pelemahan mata uang terparah,akibatnya secara terang-terangan Presiden Erdogan melawan kebijakan AS dan membuat kebijakan sendiri untuk tidak tergantung dengan mata uang Dollar.