Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat energi berkelanjutan global. Dalam sebuah diskusi media di Jakarta, Anders Maltesen, Presiden Energy Industries Asia ABB, menyoroti potensi Indonesia untuk memimpin transisi energi berkelanjutan di kawasan Asia Pasifik dan dunia.
“Dengan kapasitas sumber daya terbarukan yang sangat menjanjikan, termasuk lebih dari 550 GW tenaga surya, 450 GW tenaga angin, 100 GW tenaga air, 10 GW tenaga panas bumi, dan 20 GW biomassa, Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan sektor tenaga listrik bersih,” ujar Maltesen.
Berlokasi strategis di wilayah Asia Pasifik, Indonesia tidak hanya merupakan konsumen energi terbesar di Asia Tenggara, tetapi juga menjadi pemain kunci dalam upaya transisi energi global. Kapasitas sumber daya yang melimpah ini menjadikan Indonesia sebagai kandidat utama untuk menjadi produsen pusat energi berkelanjutan terbarukan terkemuka di kawasan.
Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dalam produksi hidrogen bersih, baik hijau maupun biru, serta amonia. Dengan cadangan gas terbesar kedua di Asia Pasifik dan potensi penyimpanan CO2 terbesar ketiga di wilayah tersebut, Indonesia berada di posisi strategis untuk memproduksi dan mengekspor hidrogen biru. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, yang penting untuk produksi hidrogen hijau, serta lebih dari 200 GW potensi tenaga surya.
Kedekatan geografis Indonesia dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, yang memiliki permintaan tinggi untuk hidrogen bersih, memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok utama di pasar regional. Ketiga negara ini bersama-sama mewakili pasar hidrogen sebesar 4 juta ton per tahun, yang menjadi target ekspor potensial bagi Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah signifikan untuk mendukung transisi energi. Melalui kebijakan dan insentif fiskal, seperti yang terlihat dalam mobilitas listrik, pasar karbon, dan dorongan untuk energi terbarukan, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan penggunaan sumber energi yang lebih bersih.
Dalam kerangka Just Energy Transition Partnership (JETP), Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon menjadi 250 juta metrik ton per tahun di sektor tenaga listrik on-grid pada tahun 2030. Selain itu, JETP juga berkomitmen untuk meningkatkan pangsa pembangkit listrik dari energi terbarukan menjadi 44 persen.
Maltesen menekankan pentingnya kolaborasi strategis antara pemerintah, industri, dan komunitas lokal untuk memastikan transisi energi yang adil dan sukses. “Agar Indonesia mencapai target transisi energi dan nol emisinya, para pelaku industri energi harus berkolaborasi melalui kemitraan strategis antar negara, wilayah, dan industri hingga komunitas lokal,” katanya.
Sebagai mitra teknologi energi, ABB berkomitmen untuk mentransformasi sektor energi melalui solusi elektrifikasi, otomatisasi proses, dan digitalisasi. Solusi ini dirancang untuk mendukung pelanggan dalam menghadapi tantangan transisi energi dan mencapai emisi nol bersih.
Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menjadi pusat energi berkelanjutan, memanfaatkan kekayaan sumber dayanya dan posisi strategisnya di kancah internasional. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan kolaborasi yang erat, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam mendorong transisi energi global menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Demikian informasi seputar pusat energi berkelanjutan. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Postmineral.Com.