Harga minyak mentah dunia telah mengalami penurunan drastis ke level terendah tahun ini pada akhir perdagangan Selasa waktu AS atau Rabu (7/12) pagi WIB. Anjloknya harga minyak karena investor meninggalkan pasar yang bergejolak dalam ekonomi yang tidak pasti.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$3,33 atau 4 persen menjadi US$79,35 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka WTI turun US$2,68 atau 3,5 persen menjadi US$74,25 per barel. Serangkaian berita bearish membuat investor ketakutan meskipun perang sedang berlangsung di Ukraina dan salah satu krisis energi terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Selain itu, aktivitas sektor jasa di China juga mencapai titik terendah dalam enam bulan terakhir. Di sisi lain, ekonomi Eropa melambat karena tingginya biaya energi dan kenaikan suku bunga. Benchmark Wall Street juga jatuh pada Selasa di tengah ketidakpastian seputar arah kenaikan suku bunga The Fed dan pembicaraan lebih lanjut tentang resesi yang menjulang.
Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures memproyeksi harga minyak mentah hanya akan menyentuh level tertinggi US$80 per barel. “Saya pikir US$80 akan menjadi harga tertinggi baru, dan saya akan sangat terkejut melihat harga yang lebih tinggi dari itu,” ujarnya.
Sementara itu, analis UBS Giovanni Staunovo harga minyak masih akan bergejolak seiring dengan pelanggaran pembatasan COVID-19 di China. Hal ini mendorong ekspektasi peningkatan permintaan di importir minyak utama dunia, meskipun itu belum cukup untuk menghentikan penurunan harga minyak mentah berjangka. “Pasar minyak kemungkinan akan tetap bergejolak dalam waktu dekat, didorong oleh berita utama COVID-19 di China dan kebijakan bank sentral di AS dan Eropa,” ujarnya.